Sunday, March 31, 2013

Kata “Seni”, pasi semua orang pernah mendengarnya. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “Sani” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “Art” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Di Indonesia, terdapat banyak sekali karya seni. Inovasi-inovasinya pun sangat bagus. Mulai dari seni rupa, seni tari, seni musik, dll. Dan sudah seharusnya kita bangga dengan Negara kita tercinta ini. Berikut adalah sebagian karya seni yang ada di Indonesia.


1. Seni Musik
Musik di Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan seluruh 17.508 pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri. Indonesia memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut. Instrumen musik di Indonesia pun juga sangat beragam. Ada gamelan, kecapi, kolintang angklung, dan masih banyak lagi.

2. Seni Tari
Seni Tari di Indonesia memang tidak diragukan lagi, dengan ciri khas dari daerahnya masing-masing. Keberagaman tentunya sangat melekat dengan nama Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, mereka memiliki tarian masing-masing (harusnya bangga dong sama Indonesia :D). Dan sudah sewajarnya jika Tari dari Indonesia Go International. Berikut sedikit contoh tarian dari Indonesia:

Tari Gantar: Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

Tari Kuyang: Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

Tari Pecuk Kina: Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

Seiring dengan perkembangan zaman, seni pun juga mulai berkembang. Di era globalisasi ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru semisal:

1. Klik Art : yang dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi. Tapi perlu di ingat dalam klik art ini kamu harus bisa mengoperasikan komputer dan progaram- progaramnya yang di gunakan dalam kegiatan ini, misalnya: Corel Draw, Photosop, atau yang lainnya, begitu.
2. Net Art : adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet), di net art ini kamu bisa mengubah gambarnya juga lho, atau mengurangi dan menambahi, atau mungkin kamu mangganti ini sial pembuatnya dengan namamu itu sah-sah saja tidak ada yang melarang kok. Namun perlu di ingat walaupun kamu merubah atau mengganti inisial pencipta pada karya net art ini sipembuat akan semakain bangga karena ia merasa menang dan puas karena karyanya ternyata interaktif dan lebih parah lagi kamu sudah masuk perangkap permainan sang pembuat. Satu lagi yang terkenal bukan kamu namun si pemilik situs dimana karya itu di muat.

Nah itulah sebagian Seni yang ada Indonesia. Kita seharusnya bangga dengan Indonesia, melestarikan seluruh karya seninya, dan terus menjaganya.

Friday, March 29, 2013


Seni Murni


Seni Murni meliputi keindahan luar dan dalam bagi orang yang merasakannya.
Seni murni sangat sulit dipahami oleh orang yang tidak mengikut sertakan jiwanya didalam melihat ataupun memandang karya ini.

Ketika sebuah lukisan dipertontonkan pada sebuah pameran banyak orang berdecak kagum karena melihat batapa indahnya lukisan itu. Tetapi mungkin hanya sedikit yang merasakan rasa haru didalam bathinnya dimana sesuatu telah menyentuh dasar alam jiwanya dan membuat getaran yang begitu kuat sehingga membuat dirinya bukan hanya sekedar mengaguni keindahan lukisannya tetapi dia telah lebih merasakan getaran keindahan dari jiwanya dan rasa haru yang dalam adalah sebuah bentuk expresi yang begitu dalam dari jiwanya.
Sebagian orang telah membuat beberapa pernyataan bahwa Seni Murni adalah hak mutlak seseorang untuk mengolah apa yang muncul secara naluriah dialam jiwanya dan mengekspresikannya sesuai dengan kehendaknya. Bahkan tidak ada sebuah kekuatanpun yang mampu menghalangi disaat orang ini akan berbuat sesuatu didalam proses perealisasiannya. Tetapi sebagian orang lagi beranggapan seni murni harus diolah dengan kedalaman berpikir yang dapat diolah dengan beberapa keahlian khusus yang dapat diajarkan pada seseorang agar dia dapat mengekspresikannya dengan lebih baik dan lebih dapat diterima oleh orang yang tidak mengerti makna yang terkandung didalamnya.
Sebagian lagi berpendapat bahwa sebuah karya seni murni harus dijadikan ciri dari kepribadian sipembuatnya bahkan kalau bisa dijadikan semacam pola dasar dari setiap karya yang akan dihasilkan kemudian. Pendapat ini banyak yang menentang karena lebih banyak yang beranggapan bahwa seni murni adalah lebih kepada kemurnian ekspresi dari bagian terdalam jiwa manusia sehingga tidak mungkin diberikan batasan batasan yang harus selalu diikuti disaat dia akan mengekspresikan keinginan imajinatifnya.
Kekuatan dari sebuah karya seni murni adalah olahan rasa yang disertai dengan kekuatan bathin yang begitu kuat didalam pembentukan nilai nilai keindahan pada sebuah karyanya sehingga secara perlahan akan merasuk kedalam jiwa orang lain yang melihat ataupun memperhatikannya dan inilah yang disebut SENI MURNI.
Ketika seseorang berkata bahwa dirinya adalah seniman yang ahli didalam pengolahan rasa yang akan diekspresikan pada sebuah karya seni murni, maka hal pertama yang harus dia periksa adalah HATI nya, karena dari sinilah akar dari SENI MURNI, bukan dari tarikan tangannya saja. Mungkin dia sangat mampu menggoreskan sesuatu pada sebuah bidang lukis, tetapi apabila disana tidak terdapat kedalaman rasa yang muncul dari dalam hatinya maka apapun yang dia hasilkan akan terasa kosong, tidak ada getaran2 halus yang menyelusup kedalam orang yang melihatnya.
Jadi sebenarnya setiap orang akan sangat mampu membuat sebuah karya seni murni tanpa harus mengikuti program pendidikan formal dan setiap orang dapat dengan bebas membuat sebuah karya seni murni selama dia menginginkannya, tetapi kedalaman rasa dan kedalaman jiwa dari karyanya belum tentu dapat membuat karyanya menjadi sebuah benda yang mampu menghidupkan makna yang terkandung didalamnya, dan ini artinya seseorang yang telah mampu membuat karya seni murni baru dapat dikatakan berhasil apabila karya yang dihasilkannya menjadi hidup dan dapat dirasakan getaran kehidupannya oleh orang lain.
  

ABAS ALIBASYAH (Lahir/born 1928)
              
  Abas Alibasyah pada tahu 1960-an termasuk pelukis yang telah melakukan pembaharuan dengan melakukan abstraksi pada lukisannya. Perspektif terhadap objek yang demikian didorong oleh perubahan sosiokultural yang mulai menggejala di Indonesia. Moderinasasi merupakan jiwa zaman yang menjadi mitos baru pada akhir 1960 sampai awal 1970, tak terkecuali dalam habitat seni rupa Yogyakarta yang pada saat itu masih sangat dominan dengan berbagai bentuk paradigma estetik kerakyatan. Respons terhadap modernisasi dalam seni rupa, selain mendorong perubahan bentuk ke arah peringkasan, konseptualisasi, dan abstraksi, juga menunjukkan proses pergulatan mempertahankan nilai-nilai ke Indonesian dari berbagai penetrasi kebudayaan Barat. Abas melakukan kedua hal itu, Abas menyerap spirit modernisasi itu dengan menerapkan pola dasar geometrik dalam mengabstraksi objek-objek. Di samping itu, ia terus berusaha menggali perbendaharaan visual tradisi dalam objek-objek lukisannya.
Dalam lukisan berjudul “Garuda” 1969 ini, penerapan pola dasar geometrik untuk mengabstraksi bentuk burung garuda sangat dominan. Menjadi unik karena deformasi bentuk garuda telah sedemikian jauh, sehingga yang lebih penting adalah ekspresi berbagi unsur visual yang ada. Warna merah dengan gradasi kea rah violet dan oranye memberi kekuatan sebagai latar belakang yang ekspresif. Bentuk burung muncul lewat konstruksi serpihan bidang dengan warna kuning dan hijau, diikat dengan tekstur dan goresan kasar yang mencitrakan nafas primitif. Lukisan ini juga seperti karya-karya Abas dalam periode itu, yang dipengaruhi oleh sumber-sumber visual dari berbagai patung etnis Nusantara. Sikap estetis Abas tersebut, merupakan perwujudan yang kongkrit dalam proses pergulatan mempertahankan nilai-nilai indegeneous dalam terpaan gelombang budaya Barat yang terbungkus dalam euphoria modernisme masa itu.
Garuda / The Eagle (1969)

ACHMAD SADALI ( 1924 - 1987 )

Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas”, 1980 ini merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai religiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni Sadali memang telah lepas dari representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan seniman dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usian peradaban yang ada, manusia telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal bisa membangkitkan spirit tertentu. Warna-warna berat, noktah dan    lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada citra misteri, arhaik, dan kefanaan. Tanda segi tiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang religisitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Al Qur’an dapat memancarkan spiritualitas islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi yang muncul adalah kristalisasi perenungan nilai-nilai religius, misteri dan kefanaan.  
Pembacaan tekstual ikonografis itu, telah sampai pada interprestasi imaji dan pemaknaan bentuk. Namun demikian karena Sadali selalu menghindar dengan konsep eksplisit dalam mendeskripsikan proses kreatifnya, maka untuk menggali makna simbolis karya-karyanya perlu dirujuk pandangan hidupnya. Sebagai pelukis dengan penghayatan muslim yang kuat, menurut pengakuannya renungan kreatifitas dalam melukis sejalan dengan penghayatannya pada surat Ali Imron, 190 – 191 dalam Al Qur’an. Ia disadarkan bahwa sebenarnya manusia dianugerahi tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman untuk menuju “manusia ideal dan paripurna” (Ulul-albab). Menurut Sadali daerah seni adalah daerah zikir. Makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya. Dalam lukisan “Gunungan Emas” ini dapat dilihat bagaimana Sadali melakukan zikir, mencurahkan kepekaan mata batinnya dengan elemen-elemen visual.
Gunungan Emas / The Golden Mountain (1980)

AFFANDI ( 1907 - 1990)

Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat. Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan.  
Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang menggambarkan gerak sebagian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang dinamis. Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari plototan tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi.
Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas.Objek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Oleh karenanya, ia sering disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya. Dalam berbagai pernyataan dan lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa matahari, tangan dan kaki merupakan simbol kehidupannya. Matahari merupakan manifestasi dari semangat hidup. Tangan menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya dan merealisir segala idenya. Kaki merupakan ungkapan simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.
Pengemis / The Begger (1974)


I. Arti dan Cara membuat Batik
    

     Arti kata batik:  para sarjana ahli seni rupa, baik yang berkebangsaan Indonesia maupun yang bangsa asing, belum mencapai kata sepakat tentang apa sebenarnya arti kata batik itu.   Ada yang mengatakan bahwa sebutan batik berasal dari kata tik yang terdapat di dalam kata titik.  Titik berarti juga tetes.  Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih.  Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno.  Menurut pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis.  Dengan demikian, asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya. . Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. 
Cara membatik:   alat untuk membatik ialah canting.  Terbuat dari bambu, berkepala tembaga serta bercerat atau bermulut, canting ini berfungsi seperti sebuah pulpen.  Canting ini dipakai untuk menyendok lilin cair yang panas, yang dipakai sebagain bahan penutup atau pelindung terhadap warna.  Sebelum pembatik melelehkan lilin di kain putih, banyak langkah yang harus dilalui dulu oleh kain itu.  Perkerjaan persiapan berupa pencelupan dalam minyak tumbuh-tumbuhan serta larutan soda, gunanya untuk memudahkan lilin melekat dan zat warna meresap.
      Setiap kali kain hendak diberi warna lain, bagian-bagian yang tidak boleh kena zat warna ditutup dengan lilin, sehingga makin banyak warna yang dipakai untuk menghias kain batik, makin lama juga pekerjaan menutup itu.  Pada taraf yang penghabisan lilin dibuang dengan merebus kain dalam air mendidih.  Sesudah itu kain batik keluar dengan warna-warnanya yang indah serta pola-polanya yang terpilih. Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia,Malaisya, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa


II. Motif-Motif Baik Indonesia Dan Maknanya        



Motif-motif batik Indonesia yang sudah ada sejak turun-temurun masing-masing memiliki makna dan peruntukan tersendiri :
1. Motif Parang


     Motif diagonal bersudut 45 drajat. Diantara 2 deret parang diisi dengan motif mlinjon. Mlinjon berasal dari kata melinjo (biji pohon Eso/Gnetum gnemon) yang merupakan bahan mentah emping.
     Parang berasal dari kata pereng atau tebing/lereng dan juga berarti senjata. Menurut sejarah, motif parang tercipta ketika Raja Mataram berkelana dan menemukan tebing untuk bertapa. Dulu kain bermotif parang hanya boleh digunakan untuk kerabat keraton.
2.  Motif Berawalan Sida


     Motif sida  mengandung harapan untuk mendapatkan kasih sayang dari sesama. Kain bermotif sida asih biasanya dipakai untuk upacara tradisional Jawa: Mitoni (7 bulanan), kelahiran, akad nikah, dan kematian.
Sida Mulya bermakna kemakmuran dan melindungi tanah air, bumi yang dipijak.

3. Motif Truntum – Kawung


     Setau saya motif truntum ini khas jogja,Motif truntum yang diciptakan oleh permaisuri Sunan Paku Buwana III (kanjeng Ratu Kencana) bermakna cinta yang tumbuh kembali. Kain bermotif truntum biasa dipakai dalam upacara pernikahan.
     Motif kawung berasal dari bentuk buah kawung (buah pohon aren atau kolang-kaling) tp  ada pula anggapan bahwa kawung adalah bunga teratai yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
4. Motif Pringgodani 



     Pringgondani adalah sebuah nama kerajaan tempat asal Gatotkaca (putra Bima-saudara tengah keluarga Pandawa dalam cerita Wayang Kulit Purwa). Motif Pringgondani termasuk kelompok pola Semen dan pola non geometris.
Motif Pringgondani biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga coklat, serta penuh sulur-sulur kecil yang diselingi dengan naga.
5. Motif Wahyu Tumurun


     Motif Wahyu Tumurun melukiskan anugerah (wahyu) Tuhan YME. Kain bermotif wahyu tumurun dipakai untuk upacara tradisional Jawa: Mitoni (7 bulanan), siraman (pembersihan badan pengantin sebelum pernikahan), dan akad nikah
6. Motif Garuda


     Garuda adalah burung yang melambangkan kesaktian. Motif ini merupakan salah satu motif klasik yang memiliki banyak nama khusus, salah satunya Semen Rama yang mengandung Hasta Brata (delapan ajaran dalam agama Hindu). Kain bermotif garuda biasanya dipakai untuk menghadiri upacara pernikahan.
7. Motif Ceplok


     Bukan batik bermotif telor tapi  motif batik yang berisi bentuk-bentuk bunga, buah, daun, binatang, dan variasinya yang terletak dalam bidang-b idang geometris (segi empat, lingkaran, dll).
8. Motif Semen


     Motif semen berasal dari kata semi, yang berarti tumbuh atau bersemi dari dalam tanah, dan tanah merupakan bagian dari gunung. Dalam Hasta Brata gunung tertinggi adalah Mahameru yang melambangkan keadilan. Contoh motif semen adalah Adi Luhung.

9. Motif Batik Yogyakarta


     Yogya memiliki kesamaan dengan Solo, Yogya mempunyai tradisi dan adat istiadat kraton dan batik Yogya juga memiliki lambang-lambang simbolis yang erat hubunganya dengan falsafah Hindu Jawa, walaupun motif batik Yogya tidak memiliki arti simbolis sebanyak Solo. Kadang batik Yogya mempunyai nama yang sama dengan batik Solo namun ternyata penampilannya berbeda, seperti ragam hias semen rama.
      Yogya mempunyai motif dengan isen–isen khas dan ukel cantel, ukel tutul dan ukel monte. Batik Yogya juga memiliki banyak motif nitik, seperti nitik jaarbeurs. Jaarbeurs adalah nama yang diberikan oleh juragan batik H.Bilal pada motif ini a karena ragam hias tersebut mendapat penghargaan dalam pekan raya Jaarbeurs di zaman kolonialisme Belanda. Motif khas Yogya yang lain adalah kawung semar, kawung beton, perang wenang, werkudoro dan keong sri, tambal kitiran, udan liris.
      Motif batik Yogya yang memiliki makna simbolis antara lain adalah motif grompol, arti katanya adalah berkumpul atau bersatu, kain motif ini biasanya digunakan pada acara perkawinan, dengan harapan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki, kebahagiaan, dan lain-lain.
      Ragam hias tambal mempunyai arti kata menambah atau memperbaiki sesuatu yang kurang, yang kemudian diharapkan dapat membantu menyehatkan si pemakai yang sakit dan juga agar dapat menolak bahaya.
      Yogya juga memiliki batik yang bermotif berdasarkan alam desa sekitarnya yang dibuat di desa Bantul. Sedangkan batik masyarakat Cina di Yogya salah satunya adalah menggunakan motif parang wenang, dengan latar belakang putih bersih. [Olin/Sumber Gambar Batik: Sukma Jawa - de ziel van Java - the soul of Java by Fred W. van Oss (1996)]